Jakarta, Majalahgaharu.com Perubahan suatu bangsa selalu digerakkan kaum muda termasuk didalamnya pergerakan bangsa Indonesia. Di mana anak-anak muda berbagai suku, agama dan golongan menyatu pada mengikrarkan sumpahnya yang kita kenal hari Sumpah pemuda 28 oktober 1928, artinya setelah 89 tahun usia untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, lalu bagaimana kondisi anak-anak muda terutama yang hidup di era tehnologi yang pesat ini.
Kemajuan tehnologi yang semakin canngih ini tentu memberi peluang positif tetapi sekaligus membawa dampak negatif. Karena dengan tehnologi orang sangat mudah menyebarkan visi misinya saat mencalonkan diri baik sebagai kepala daerah maupun anggota dewan. Tehnologi juga mampu memberi peluang untuk mencari kerja ataupun berusaha terutama membangun jaringan. Namun dengan tehnologi pula anak-anak muda terjerat pergaulan bebas serta menjadi pecandu narkoba sekaligus pengedarnya.
Menyikapi kondisi anak-anak muda Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA INDO) bersama Yayasan Komunikasi Indonesia (Yakom) menggelar talk show dengan tema Warna Muda Indonesia Kamis 26/10/17. Dengan menghadirkan tiga narasumber dari praktisi anti narkoba Jeffri Tambayong, Pengusaha Muda Soleman Mattipana dan anggota DPRD DKI Jakarta Sereida Tambunan. Serta penanggap dari GAMKI, GMKI serta utusan dari STT IKAT, UKI serta aktivis pemuda.
Narasumber menyampaikan paparannya yang dimulai oleh Jefri Tambayong yang lebih banyak menyampaikan tentang makin terpuruknya generasi muda Indonesia terdampak Narkoba, seks bebas, dan juga HIV-AIDS. “Indonesia sudah masuk situasi Gawat Darurat Narkoba,” tegas Tambayong yang juga memperkenalkan 4 pemuda binaannya di GMDM. Meskipun Presiden Jokowi menyatakan Indonesia Darurat Narkoba tahun lalu, tetapi menurut Tambayong seharusnya sudah Gawat Darurat. Makin gilla Narkoba di Indonesia.
Soleman Matipanna, pemantik kedua, lebih menekankan bahwa generasi muda Indonesia harus memiliki jiwa wirausaha (enterpreunership). Setiap tahun sekitar 1 jutaan di Indonesia mencetak Sarjana (S1), tetapi lapangan kerja sangat minim. Kaum muda harus mengubah pola pikir dari pencari kerja di kantoran atau perusahaan menjadi pengusaha muda yang mandiri, inovatif, dan kreatif. Inilah yang dibutuhkan Indonesia di masa depan.
Sereida Tambunan lebih banyak membahas isu-isu radikalisme dan nasionalisme. Menurut darah Batak ini, kaum muda Indonesia perlu mengembangkan budaya lokal sebagai basis meredam radikalisme negatif dan membangkitkan jiwa nasionalisme.
Acara Bincang-bincang yang dikemas dengan gaya anak muda ini berlangsung seru dan hangat. Para peserta diskusi pun banyak yang melontarkan pertanyaan dan tanggapan. Mereka kebanyakan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Ikat, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Asosiasi Pendeta Indonesia (API), dan Dalihan Na Tolu Center.
Acara yang dimoderasi Daniel Tanamal (dari Radio Pelita Kasih 96,3 FM) ini diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya, yang dipandu Ronald Patrick, sebagai penghormatan kepada Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Sesi pertama masuk pada pemaparan para pemantik diskusi dan dilanjutkan tanggapan dari wakil GAMKI, Dickson Siringoringo.
Sebelum masuk sesi kedua, tanya-jawab, Pangeran Siagian (pemuda berbakat di bidang tarik suara) menyanyikan satu karya ciptaannya, serta persembahan pujian mahasiswa STT IKAT, paduan suara GMDN dan selingan nyanyian dari Agus Panjaitan, Theo serta Nick Irwan.
Pada sesi kedua, para pemantik dan penanggap lebih menggali tentang langkah-langkah konkret, bersama para peserta diskusi. Di akhir acara tersebut, Acara Warna Muda Indonesia ditutup dengan pembacaan kembali Ikrar Sumpah Pemuda yang pernah dibacakan pada 28 Oktober 1928.