BOGOR, MAJALAHGAHARU.COM — Familiar itu kesan yang terlihat saat berjumpa dengan ibu empat anak yang ramah ini. Enny Sitepu suami dari seorang TNI AU mengaku bahwa perjalanan hidupnya dipenuhi dengan mujizat dua kali menjalani operasi, pertama pengangkatan mium dalam rahimnya yang oleh dokter diharuskan meminum obat sepanjang hidupnya. Dan yang teranyar di bulan Februari yang lalu tepatnya tahun 2016, Enny kembali harus menjalani operasi pengangkatan daging tumbuh pada leher sebelah kanan hingga masuk dekat paru-paru. “Sungguh ajaib dan luar biasa semua peristiwa yang saya alami dapat saya lalui dengan baik,” tuturnya mengawali kesaksiaan siang itu
Apa yang dikatakannya terbukti saat GAHARU berkesempatan menyambangi rumahnya di kawasan Gunung Putri Bogor Enny nampak energik dan terlihat lebih muda dari usia sesungguhnya, padahal sempat di vonis dokter kalau tidak meminum obat akan nampak tua dari usia sesungguhnya. “Kalau saya banyak mengalami mujizat semata karena doa yang sungguh-sungguh dan keluar dari hati yang terdalam,” terangnya tersenyum simpul.
Bagi Oma empat cucu ini sekalipun usianya sudah lebih kepala enam namun masih nampak muda. Kebiasaan berdoalah yang membuatnya tenang sehingga ketika menghadapi persoalan sebesar apapun bahkan mengancam nyawanya, tidak ada rasa takut apalagi stres sedikitpun. Ada kebiasaan doa ada cerita kalau sudah dilakukan sejak kecil kira-kira usia tujuh tahunan bahkan sudah memiliki jam doa. Sekalipun terang ibu dari Amta, Mina, Sabrina dan Ryan ini belum tahu apa artinya doa. Namun tetap saja berdoa, sampai kalau ikut ibunya berkunjung ke rumah saudara maupun main tetap doa tak dilupakan. “Saya harus cari tempat yang sepi kalau sudah waktu jam doa saya, entah di kamar mandi, ataupun sudut ruangan untuk berdoa,” terangya terkekeh.
Baru kemudian setelah dewasa merasakan bahwa doa itu ada kuasa yang luar biasa. Banyak pengalaman dalam hidupnya yang tak disangka, seperti saat menemukan pasangan hidupnya. Ketika itu usianya masih sangat belia, ada seorang perjaka yang bekerja di angkatan udara (TNI U) yang meminangnya untuk dijadikan isteri itu tahun 1970. Padahal masih ada tiga kakaknya yang belum menikah. Namun karena sudah sepakat makanya pernikahan itupun terjadi. Dan setelah menikahpun kebiasaan berdoapun masih terus dilakukan, hingga memiliki empat anak bahkan sampai sekarang.
Sebagai isteri prajurit mengharsukan beberapa kali tinggal berpindah-pindah dari Bandung, Malang dan Yogyakarta hingga Jakarta, karena tugas suami. Namun semua dilalui dengan penuh sukacita. Kembali tentang kuasa doa itu benar nyata dirasakan. Seperti yang dialami ketika itu, suami tercinta lolos test untuk mengikuti pendidikan di Amerika padahal dari sekian banyak yang mengikuti test, dan dari sekian banyak itu suaminya berhasil lolos.
Karena suami berkesempatan melanjutkan pendidikan di NASA Amerika, maka disaat akhir pendidikan suami tercinta, Enny pun berkesempatan mengunjungi Amerika sampai ke beberapa negara bagian tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun. Dan bukan hanya mengunjungi Amerika, tetapi juga berkesempatan mengunjungi beberapa negara lain seperti Hongkong, Singapore dan Israel dan masih ada beberapa negara lainnya. Dari semua kunjungan ke negara-negara lain itu Enny yang saat ini aktif bergereja di GBI Fresh Anoiting di bawah gembala pendeta Agung Takariana tak pernah mengeluarkan biaya untuk membayar perjalanannya. “Benar-benar Tuhan itu baik,” saksinya.
Ada Benjolan di Leher
Enny mengakui sekalipun berdoa dan mengikut Yesus bukan berarti tanpa masalah. Namun satu hal ketika menyerahkan seluruh hidupnya dalam doa dan permohonan kepada Tuhan sangat berbeda dalam menyikapinya. Di mana ada ketenangan dan kepasrahan, walau masalahnya cukup besar bahkan bisa dikatakan mengancam hidupnya. “Mesthinya banyak orang percaya tahu akan kuasa doa ini, memang setiap doa jawabannya itu otoritasnya Tuhan dan saya menyakini itu pasti di jawab. Apalagi ketika doa yang kita panjatkan itu keluar dari hati yang tedalam sangat besar kuasanya,” tambahnya serius.
Pengalaman akan kuasa doa sangat dirasakan dalam hidupnya seperti suatu kali harus menghadapi operasi mium tetap saja tenang, ada kepasrahan total kepada Tuhan. Sekalipun dokter pasca operasi menyarankan harus meminum obat sepanjang hidupnya karena kalau tidak akan tua sebelum waktunya. Awalnya mengikuti apa saran dokter, hingga suatu ketika disadarkan bahwa selama ini Tuhan sudah menolong lalu kenapa harus terikat obat. “Kalau Tuhan itu berkuasa dan memelihara kehidupan saya mosok hidup harus tergantung obat” terangnya mengenang.
Kesadaran akan penyertaan Tuhan itulah yang akhirnya muncul keberanian membuang resep itu dan menginjaknya. ” Saya angkat resep itu lalu berdoa bahwa Tuhan itulah tabib diatas tabib, penyembuh sejati lalu saya injak dan buang,” saksinya serius. Sejak itu tak minum obat lagi, ternyata hingga kini tak terjadi masalah apa-apa.
Peristiwa demi peristiwa dalam hidupnya masih terus berlanjut hingga pada suatu ketika saat mengikuti ibadah raya di Bandung, di punggungnya terasa gatal, saat mau di garut tanpa sadar di leher sebelah kanan terdapat benjolan. Sempat kuatir sekalipun demikian dia buru-buru berdoa untuk tetap focus beribadah, karena yakin di dalam Yesus tidak ada roh celaka yang ada hanya damai sejahtera. Barulah sampai di rumah meminta anak yang bontot mengecek apakah benar ada benjolan di leher.
Memang benar ada benjolan, seketika anak-anaknya mencari informasi melalui brosing di internet. Setelah tahu mereka merasa cemas dan meminta segera periksa ke dokter. “Anak-anak saya cemas, sementara saya sendiri tenang-tenang saja, karena yakin bahwa apapun yang terjadi sudah kuserahka kepada Tuhan,” bebernya serius. Baru kemudian pagi harinya periksa juga ke dokter dari hasil pemeriksaan ada beberapa indikasi salah satunya Kelenjar getah bening (KGB). Penyakit ini ada disekitar leher yang banyak ditakuti manusia. Sekalipun demikian sekali lagi dirinya tak ada ketakutan sedikitpun.
Berangkat dari firman Tuhan yang terdapat dalam Filipi bahwa hidup untuk Kristus mati adalah keuntungan ayat itulah yang menguatkan hatinya. Dan keyakinan itu bertambah karena dia yakin bahwa Tuhan masih rindu membutuhkan dirinya untuk berbuat sesuatu untuk Tuhan, termasuk membawa anak-anaknya kepada Tuhan.
Tak berhenti disitu anak-anaknya tetap mengupayakan pengobatan, berdasarkan informasi kalau ada salah satu rumah sakit yang bisa menyembuhkan benjolan seperti yang dialaminya. Untuk itu pada hari yang ditentukan pergilah untuk memeriksakan ke rumah sakit di bilangan Pasar Rebo Jakarta. Setelah diperiksa hampir seharian hasilnya sama tetap ada indikasi KGB. Sekalipun hasilnya sama terindikasi KGB Enny tetap tenang. Setelah itu Eny menemui pendetanya meminta didoakan, dan bukan hanya pendeta saja tetapi banyak jemaat yang turut mendoakan. Disisi lain anak-anaknya tetap mempersiapkan diri untuk membawanya untuk melakukan operasi di RS di luar negeri.
Pada hari yang ditentukan berangkatlah ke Rumah Sakit di Malaysia. Pemeriksaan tim medis lalu diputuskan untuk segera dioperasi untuk mengambil benjolan tersebut. Padahal biasanya harus dibeopsi terlebih dahulu. Namun kali ini tidak tim medis langsung memutuskan operasi. Setelah melakukan pembedahan tim dokter menemukan bahwa benjolan itu adanya jauh kedalam deket paru-paru. Kalau ini dilanjutkan risikonya tinggi, maka operasinyapun diputuskan dihentikan terlebih dahulu sebelum berunding dengan pihak keluarga. Dan operasi hanya mengambil sample daging saja. Untuk selanjutnya sampel daging tersebut di kirim ke Singapore untuk dibiopsi.
Setelah berunding dengan keluarga operasi dilakukan kembali seminggu kemudian, sehari sebelum operasi malam itu datang seorang dokter laki-laki yang mengaku dokter anesti yang akan menangani operasinya. Padahal sebelumnya dokter anestesinya perempuan tetapi malam itu kok laki-laki yang datang. Lebih mengherankan pada hari H operasi dokter anestesinya itu perempuan yang biasa menangani. Sekalipun demikian tak berpikir kenapa kok dokternya berbeda. Saat di meja operasi ibu dokter anestisi itu mengajak berdoa, dan dalam doanya mengatakan bahwa Tuhan yang menyembuhkan kami yang bekerja. Kata-kata itu sangat diimaninya dan teringat hingga sekarang memang benar kesembuhan hanya milik Tuhan.
Operasipun berjalan lancar, luar biasanya lagi dari hasil biopsi ternyata benjolan itu bukan seperti kata dokter terindikasi KGB tetapi hanya daging tumbuh saja dan tidak berbahaya. Jika mengenang semua peristiwa yang dialami ini Enny semakin percaya bahwa doa yang dinaikan dengan benar itu besar kuasanya. Sekalipun dalam masalah, sakit penyakit tetapi Tuhan memberikan kelegaan dan terhindar dari rasa kuatir dan takut, seperti Mazmur 91. Dikesempatan ini Enny terus mengajak untuk tidak jemu berdoa karena yakin bahwa mujizat itu tetap ada. Namun demikian jangan juga berhenti dalam doa tetapi harus dibarengi dengan langkah nyata.