Jakarta, majalahgaharu.com – Ekonom sekaligus pengusaha Indonesia Dr. Hashim Suyono Djojohadikusumo memberikan Kuliah Umum di Sekolah Tinggi Teologi (STT) “IKAT” di Rempoa, Jakarta Selatan. Hashim memaparkan materi bertema “Indonesia Saat Ini dan Tantangannya”, di hadapan sekira 100 mahasiswa STT dari berbagai jurusan. Sebagai tema pada Kuliah Umum kali ini, STT “IKAT” mengambil dari Kitab Amsal 14:34 yang berbunyi, “Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa, Tetapi Dosa Adalah Noda Bangsa”.
Hashim membuka dengan menjelaskan seputar pandangannya soal perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia yang dinilai belum merata. Menurutnya saat ini diperlukan sebuah terobosan baru dalam penataan sistem perekonomian dan ketahanan pangan di Indonesia, sehingga Negara dapat menjalankan perannya secara lebih baik dalam menjawab kebutuhan anak bangsa.
Hashim lanjut memberi penjelasan seputar tantangan bangsa dewasa ini, khususnya terkait penyebaran hoax telah menjelma menjadi bencana yang mengancam kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Hoax yang dimaksud, kata Hashim, acapkali dibuat karena mengusung misi untuk menjatuhkan lawan politik dengan cara yang tidak fair. Seperti halnya fitnah yang menyebut bahwa Prabowo mendukung berdirinya sebuah Negara yang berlandaskan ideologi selain Pancasila. “Seolah-olah Prabowo dan Hashim mau mendirikan negara khilafah. Nah kita sekarang bicara kebenaran, itu semua adalah fitnah yang keji untuk menjatuhkan kakak saya,” kata Hashim.
Hashim menegaskan, Prabowo adalah seorang Pancasilais murni. Sehingga dirinya tidak akan memberi sedikitpun dukungan terhadap upaya berdirinya Negara dengan sistem yang berbenturan dengan cita-cita para pendiri bangsa. “Tidak mungkin kakak saya dan temannya, Sandiaga Uno, mendirikan negara khilafah. Tidak mungkin di bawah Prabowo negara khilafah didirikan, yang ada adalah tetap negara Pancasila,” tegasnya.
Dia lalu memberi gambaran kebhinnekaan yang telah lama terbangun di tengah keluarganya. Meski sang kakak merupakan seorang muslim dan bergelar Haji, Hashim berkata nasionalisme dan Pancasila menjadi nilai yang terpelihara dan dipraktikan dengan baik di tengah keluarganya. Contoh yang sama juga pernah ditemuinya saat mengunjungi Sumatera Utara, beberapa waktu silam. “Saya ketemu pimpinan Pesantren di Medan, K.H. Ali Akbar Marbun. Dia dari 7 saudara, 3 Islam dan 4 Kristen. Keponakan beliau seorang Pendeta di HKBP. Bagi saya luar biasa, karena menggambarkan Pancasila,” kata Hashim.
Di penutup, Hashim berkata bahwa tidak mungkin keluarganya mengkhianati perjuangan para leluhur mereka, yang telah berjuang dan mati demi Indonesia. “Dua paman saya mati di usia yang sangat muda, demi Indonesia. Keluarga kami dipenuhi pejuang yang mati untuk Merah Putih,” kata putera dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo, itu.
Sebelumnya, Ketua STT “IKAT” Dr. Jimmy MR. Lumintang, MBA., M.Th, dalam sambutan menjelaskan kepada Hashim bahwa merupakan sebuah kehormatan bisa menerkma Hashim sebagai pembicara di tempat itu. Lalu dia lanjut menginformasikan, atas penyertaan Tuhan kampus yang dipimpinnya saat ini telah menjadi salah satu Perguruan Tinggi Teologi terbaik di Indonesia. “Kampus yang sederhana ini sudah memiliki legalitas, yang menurut Dirjen Bimas Kristen adalah salah satu Perguruan Tinggi Teologi yang terbaik di Indonesia,” kata Jimmy. [RA]