Jakarta, majalahgaharu.com-Kondisi pandemi covid 19 membuat banyak perubahan, semua agenda yang sudah disusun pun harus mengalami kemunduran atau bahkan tak jadi dilaksanakan.
Semua itu lantaran virus corona yang memporak porandakan tatanan kehidupan yang sudah ada. Proses penularan yang merambat cepat melalui sentuhan ataupun kontak fisik lainnya, membuat pemerintah mengeluarkan kebijakkan melarang adanya perkumpulan, dan diminta tinggal di rumah saja, sosial distancing.
Berkaitan dengan larangan berkumpul, dampaknya ibadah minggupun ditiadakan, alias ibadah di rumah saja. Menyikapi situasi demikian gereja ramai-ramai mengadakan ibadah secara online baik melalui youtube atau streaming.
Bulan April ini salah satu hari besar umat Nasrani yakni perayaan Paskah yang ditandai dengan perayaan perjamuan kudus.
Lalu bagaimana gereja menyikapi perayaan paskah dengan perjamuan kudusnya, apa bisa melalui online atau harus di mundurkan bahkan ditiadakan, mengingat kondisi darurat covid 19. Andaikan perjamuan kudus diundur apakah akan sama maknanya, bukankah paskah momentnya memang jatuhnya tiap hari Jumat.
“KGPM di mana saya menggembalakan akan tetap melaksanakan ibadah Paskah Jumat Agung, karena secara teologis pelaksanaan ibadah Jumat Agung itu harus dilaksanakan pada Jumat Agung, tata caranya tinggal disesuaikan dengan kondisi yang ada, saat ini sudah ada teknologinya melalui live streaming, kita tetap berhadapan dengan jemaat”, tukas rektor STT IKAT ketika dijumpai, Selasa 7/04/20, di Kampus bilangan Rempoa, Jakarta Selatan.
Biarpun dengan ibadah streaming tetap memakai toga didampingi oleh penatua, sedangkan jemaat di sana di wilayah Rusunawa, Pulo Gebang, Jakarta Timur memang mudah terjangkau dan berada dalam satu wilayah.
“Ada tujuh blok tiap blok masing-masing ada Penatua yang melayani. Melalui streaming dan saya memimpin dalam perjamuan kudus, seperti layaknya perjamuan kudus di gereja dengan meminum anggur dan makan roti yang masing-masing sudah disiapkan penatua di tempat jemaat masing-masing, bedanya ini hanya melalui streaming”, ujar pria yang gaul ini.
“Sekali lagi ini dilakukan dengan segala pertimbangan, seperti letak jemaat yang terkonsentrasi satu tempat, dan secara alat mereka 80 % sudah memiliki gadget, ditambah sinode KGPM menganut sistem kongregasi jadi bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing gereja lokal”, bebernya mencoba menjelaskan.
Apa yang dilakukan Pdt. Jimmy dengan KGPM nya di rusunawa Pulo Gebang pertimbangannya memang gereja sudah bisa melaksanakan dengan streaming, ditambah apabila ibadah Jumat Agung itu ditunda dilaksanakan, apa makna dari perjamuan kudus dalam perayaan Paskah itu”, tandasnya bertanya.
Pikirnya kalau memang selama ini gereja sudah melakukan ibadah dengan online dalam menyikapi pandemi corona, maka perjamuan kuduspun bisa dilakukan mengingat kondisi darurat.
Apa yang dikatakan itu semata pertimbangan pribadi, bukan atas seruan lembaga, menurutnya jika perjamuan kudus di undur sudah tidak sesuai lagi dengan makna dari perayaan paskah sendiri, pungkas bapak yang meraih apresiasi sebagai Figur sahabat PEWARNA yang diberikan di Pulau Dewata beberapa tahun yang lalu. YM