Jakarta, majalahgaharu-Pengecatan warna-warni diatas genteng di kawasan Lenteng Agung sekitar tapal kuda oleh Gubernur Anies Baswedan memunculkan banyak komentar miring. Berbagai kalangan dari rakyat jelata, pengamat dan politisi menilai bahwa apa yang dikerjakan oleh Gubernur DKI ini hanya mencari sensasi.
Menanggapi tentang pengecatan genteng warna-warni ini August Hamonangan, S.H,.M.H anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini, bahwa dilihat dari skala prioritas kurang tepat, demikian terkait program gubernur sendiri tidak ada di Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Pembangunan jangka panjang (RPJ). Justru hal-hal yang menyangkut skala prioritas malah gubernur lupa, kemungkinan malah gubernur tidak sanggup.
Karena ketidaksanggupannya tersebut sehingga seolah-olah pengecatan atap atau genteng warna-warni itu biar dilihat kreatif, inovatif dan merupakan kepedulian gubernur terhadap lingkungan. Tetapi lagi-lagi menurut August yang kebetulan daerah pemilihan (Dapil) dari Jakarta Selatan tersebut melihat pengecatan tersebut sama sekali tidak ada prestasi. Kalaupun itu pengecatan itu berdalih membuat suasana berbeda, ada nilai-nilai yang ditunjukan itu hanya diputarbalikan saja, tetapi kembali apapun itu dalihnya menurutnya itu bukan skala spiriotitas.
Jika pengecatan genteng warna-warni ini dikaitkan dengan RPJ Gubernur atau janji politiknya, menurut August itu hanya sekedar agar dapat penilaian dari kalayak bahwa gubernur tidak gagal
Mengenai adanya pencintraan, itu tidak, tetapi lebih pada pengalihan atau menggeser issue, agar orang tidak berpikir lagi tentang janji masa kampanyenya. Karena orang lebih sibuk mengometari dengan apa yang dilakukan gubernur saat ini salah satunya dengan pengecatan genteng tersebut.
“Sekali lagi apa yang dikerjakan gubernur mengecat genteng warna-warni di sekitar tapak kuda itu bukan inovasi apalagi prestasi. Jadi apa yang dikerjakan itu tidak patutlah”, tambahnya lantang.
Tentang pendanaan memang tidak termasuk anggaran dan juga tidak dibebankan kepada masyarakat, tetapi bisa jadi kolaborasi atau sponsor.
“Saya tidak mengkaitkan ya dengan proyek-proyek tetapi lebih pada persoalan kinerja gubernur dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, apa yang disebut prioritas termasuk janji-janji politiknya yang tertuang dalam RPJnya”, ungkapnya.
Untuk itu dikomisinya III di mana August bergabung akan meminta setidaknya walikota Jakarta Selatan, apa manfaat dari pengecatan genteng warna-warni di sekitar tapal kuda. Sekalipun memang dalam pengecatan di tapal kuda itu tidak semuanya menggunakan APBD.
Kalaupun pengecatan itu semata sebagai kebanggaan masyarakat di Jakarta Selatan, maka perlu diperjelas jangan menjadi bias. Jangan sampai karena gubernur gagal makanya membuat seperti ini, ungkap pria yang suka blusukan ini.
Sementara lanjut August dalam kondisi sekarang yang utama menjadi tanggung jawab gubernur adalah mengatasi bagaimana banyaknya masyarakat yang terpapar ataupun terdampak covid19 ini dan juga mengatasi banjir di musim hujan ini.
Kemudian menanggapi pernyataan di media sosial yang konon Gubernur DKI Jakarta menyerahkan penanganan masalah covid19 ke pemerintah pusat, menurutnya dengan melihat situasi riil ini keadaan kata-kata menyerahan ke pemerintah pusat bisa jadi karena kewalahan gubernur dalam menangani corona.
Namun yang benar-benar menyerahkan ke pemerintah pusat sebenarnya kalau jujur dalam pertengahan tahun 2020 secara tidak langsung gubernur sudah menyerahkan ke pemerintah pusat. Jadi tidak usah ngomongpun dalam prakteknya itu sudah ditangani pusat, karena pusat yang membiayai, meyediakan penanganan covid 19 .
Jadi kalau Gubernur DKI menyerahkan penanganan ke pemerintah pusat tidak kaget lagi, kan dari dulu kebanyakan sudah pemerintah pusat yang menangani.
Kesimpulannya tentang pengecatan warna-warni genteng, pengalihan penanganan covid19 ke pemerintah pusat hanya karena ketidakmampuan gubernur dalam menangani dan menjalankan programnya untuk DKI Jakarta, tutupnya.