BUKU DENGAN IDE BESAR DAN SEGAR

Ayo Bagikan:

Oleh : Yudhie Haryono

Majalahgaharu.com Jakarta “Mau buku bagus?” Tanya kawan Karim, kolega dosen di Universitas Trilogi. Tentu kujawab tegas, “mau.” Dan, buku bagus itu kini sudah di atas meja kerjaku. Dikirim dari kota Bogor, di sampulnya tercetak jelas para penulisnya yang dahsyat. Buku yang ditulis ramai-ramai, tetapi dikomandani ekonom idola penulis: Prof Didin S Damanhuri.

Kubaca pelan. Ini karena nalarku pendek dan sekolahku bodoh. Saya jenis lolosan, bukan lulusan. Jadi lemot. Tiap lembar kunikmati dan kustabilo hal-hal yang “dalam” dan faktual. Dua hari selesai. Ajib. Buku ini dikerjakan dengan serius dan ditujukan dengan lebih serius: save the nation, save the citizen. Ingat, ini bukan sembarang buku sebab punya misi suci.

Buku ini berjudul, “Nusantaranomics: Paradigma Teori dan Pengalaman Empiris (Pendekatan Heterodoks). Diterbitkan oleh IPB Press, Bogor. Terbit bulan Februari 2023, setebal 332+xxvi. Bernomor ISBN: 978.623.467.7034. Ditulis oleh 20 penulis dan diedit oleh 3 orang. Ada keterangan bahwa ia merupakan hasil FGD selama setahun di forum kampus dan akademos IPB. Siapa yang tak kenal IPB dan rektornya yang muda dan enerjik?

Menurut Prof Didin, ekonomi nusantara itu “riil ada” dan termatrialisasi di seluruh Indonesia. Tradisi ekonomi itu dilakukan oleh banyak etnis/suku dengan melandaskannya pada sikap kekeluargaan, solidaritas sosial dan kearifan lokal maupun agama. Model pendekatannya memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep ekonomi solidaritas (the solidarity economy).

Ada tiga ciri konsep nusantaranomics yang hidup dan terimplementasikan di daerah-daerah. Mereka hidup dan berkembang, tetapi belum banyak yang membukukannya. Ketiganya tidak berdiri sendiri-sendiri, tapi berkelindan membentuk hibridasi ekonomi. Apa sajakah itu?

Pertama, tidak ada pertentangan antara pertumbuhan dan pemerataan. Kedua, tidak ada pertentangan soal materialisme dan spiritualisme di mana nilai tradisi agama harus sejalan dengan capaian ekonomi. Ketiga, kepedulian terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dan memperhatikan kelestarian ekologis.

Ketiga ciri itu membuat nusantaranomics menjadi gagasan ekonomi tentang sistem ekonomi-politik yang dapat diandalkan untuk menyelamatkan Indonesia dari resesi dengan berlandaskan ekonomi lokal yang hibrida (campuran dan bhineka).

Tentu saja gagasan nusantaranomics ini melampaui madzab ekonomi dominan seperti neoliberalisme yang matrialistis. Sebaliknya, nusantaranomics merupakan perwujudan atas sistem ekonomi Pancasila yang menunjukkan kekuatan model kewirausahaan asli dan khas nusantara.

Padanya, konsep dan tradisi perekonomian daerah menjadi resiliensi dalam ketahanan ekonomi yang bukan hanya bisa menjadi jangkar ekonomi daerah, melainkan jangkar bagi ekonomi nasional. Padanya, kita yakin dan beriman bahwa inilah tulangpunggung pertumbuhan dan kemandirian ekonomi nasional.

Gagasan ini menjadi antitesa atas madzab materialisme yang telah gagal total dalam tiga hal: 1)gagal menyejahterakan semua warga negara; 2)gagal menghadirkan keadilan sosial; 3)gagal menciptakan negara sejahtera. Tentu saja, sistem tersebut harus diubah demi tercapainya kesejahteraan dan keadilan untuk seluruh warga negara sehingga kita bisa ikut serta dalam menegakkan ketertiban dunia.

Nusantaranomic berkehendak untuk memastikan tertradisinya ekonomi yang melindungi, mencerdaskan, menyejahterakan dan menertibkan seluruh warga negara sampai menjadi mercusuar dunia.

Semoga lahir dan berkecambah komunitas epistemik yang nusantaranomics sehingga kita bangga jadi negara pancasila; tak khianat pada para pendiri dan cita-cita republik Indonesia. Buku ini dan para penulisnya sudah memulai. Mereka telah meletakkan dasar-dasarnya. Segera kita pastikan pasukannya.(*)

Penulis : Inisiator Forum Negarawan

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Kebebasan Yang Bertanggungjawab Mewujudkan Masyarakat Rasional, Kreatif Dan Toleran.

Fri Jul 21 , 2023
Oleh: Merphin Panjaitan. Majalahgaharu.com Jakarta Manusia dikaruniai akal dan nurani; dengan akal dan nuraninya  manusia berpikir; dengan berpikir mengembangkan diri, meningkatkan ilmu, teknologi dan seni; mempelajari apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk; serta menentukan apa yang perlu dilakukan dan apa yang tidak […]

You May Like