Majalahgaharu-Batam-Selaku bangsa Indonesia, orangtua tempoe doeloe telah mencekoki kami cinta Indonesia.
Dilahirkan seputaran proklamasi, anak sebaya kami masa itu ketika tahu Bung Karno pidato, rame-rame mendekati radio mendengar siaran RRI. Setiap pidato BK jeda, terdengar gemuruh aplaus dari radio. Mendengar suara BK, intonasi, tarikan nafas, motivasi bahasa tanpa baca mengalir menyentak kami pendengar. Kamipun (remaja/pemuda kampung) pendengar radio, ikutan bertepuk-tangan.
Siaran TV waktu itu belum ada.
Suatu saat ketika masa pembebasan Irian Barat (Papua), kalimat pidato BK masih terngiang-ngiang di pikiran kami sampai saat ini :
“GO TO HELL WITH YOUR AID”.
Kalimat itu ditujukan kepada negara Amerika Serikat. Waktu itu bersedia membantu pembangunan Indonesia, dengan syarat. AS akan membangun highway jalan lintas Sumatera. Dengan syarat selama 25 tahun hanya mobil buatan AS boleh melintas.
Orangtua kami yang non partai, terbiasa ikutan irama BK. Itu sebabnya kami anak2nya sering dicekoki pencerahan kebangsaan. Katanya : Penjajah itu jahat. Kami orang kampung tidak dibebaskan sekolah. Mereka buat diskriminasi. Beda kelas bagi kulit putih vs kulit berwarna.
Seingat kami ada 4 kelas :
– Kelas kulit putih
– Kelas non pribumi
– Kelas ningrat/raja
– Kelas rakjat jelata
Pencerahan itu membuat kami terpatri cinta bangsa. Suatu saat BK pidato lagi. “BERIKAN PADAKU 10 ORANG ANAK MUDA, MAKA AKU AKAN MENGUBAH DUNIA”.
Kami dididik Cinta Bangsa, dan mengakar mendarah daging. Ada semangat dalam sanubari membela kepentingan bangsa. Kaitan Vaksin Nusantara produk anak bangsa, tergerak hati kami siap membela.
Letnan Jendral Dr Terawan penemu Vaknus jadi bulan-bulanan ejekan. Apalagi BPOM tidak memberi izin uji klinis. Vaknus tak memenuhi syarat, tidak steril, berbahaya dlsbnya.
Sebaliknya tanpa gemuruh, relawan vaknus sangat banyak antre dari berbagai lapisan masyarakat. Akhirnya muncul 2 kubu pro vs kontra. Suasana sampai mengarah politisasi.
Kami kenal Dr Terawan ketika kami operasi DSA di RSPAD. (Orang biasa menyebut Cuci Otak). Beliau cukup sederhana. Kami ditegur sapa ketika bersiap menjalani operasi.
“Relax saja Pak”, sambil tangan saya dielus-elus. “Bapak bisa lihat di monitor proses operasi nya”.
Sambil berlalu, beliau menyapa pasien lainnya.
Sungguh luarbiasa, usai DSA kami merasakan lebih sehat. Padahal DSA ditentang banyak dokter yang tergabung dalam IDI.
Vaknus dan DSA serupa tapi tidak sama. Sama2 menghadapi tantangan. Menurut kami, kini lebih dahsyat tantangannya karena bersamaan dengan pandemi covid-19. Menurut kami perlu ada terobosan immun tubuh yang bisa dipertanggung- jawabkan.
J E D A
Tanggal 19 April, muncul berita Nota Kesepahaman antara : Menteri Kesehatan, KSAD cq RSPAD, Kepala BPOM. Isi Nota Kesepahaman, membuat semua pihak merasa aman dan tidak terganggu. Masing-masing pihak boleh berjalan tanpa ada lagi hambatan.
Vaknus bukan bentuk vaksin seperti yang kita kenal. Hanya dipergunakan untuk kepentingan sendiri tanpa perlu izin edar. Vaknus adalah temuan terobosan yang baru pertama kali diteliti di Indonesia buat meningkatkan immun tubuh.
Pada saat penelitian atau uji klinis berhasil, tentu vaknus membutuhkan izin edar dari BPOM. Vaknus tidak ada guna nya sepanjang tidak dimanfaatkan buat kesehatan rakyat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Itulah sebabnya ADA masa jeda sejak Nota Kesepahaman sampai uji klinis vaknus berhasil. Biarlah masa jeda ini, vaknus menjalani uji klinis sendiri dan tidak diganggu intrik2 politisasi.
Bravo buat Nota Kesepahaman Tri Partie